My Followers

Monday, August 9, 2010

Ramadhan Kareem...Ahlan Wa Sahlan Ya Ramadhan..


“Ya Allah sesungguhnya Engkau telah menaungi kami dengan bulan ramadhan, ramadhan akan tiba maka hantarkanlah ia kepada kami dan sampaikanlah kami kepadanya, berikakanlah rezeki kepada kami dengan berpuasa dan shalat, anugerahkanlah kepada kami kekuatan dan kesungguhan serta kesiapan, lindungilah kami dari fitnah.”

Pada saat kita melihat bagaimana salafusshalih menghidupkan bulan ramadhan dengan beribadah kepadaNya, maka kita akan mendapati hampir seluruh waktu yang ada hampir tak mereka lepaskan begitu saja, tetapi mereka berpacu dengan waktu tersebut seakan-akan mereka tidak pernah beristirahat, Imam Syafi’i terbiasa menghatamkan Al Qur’an 60 kali pada bulan ramadhan, Imam Ahmad menhatamkannya setiap pekan, Yahya bin Ma’in menghatamkannya setiap malam tanpa mengabaikan ibadah-ibadah yang lain, kesungguhan ini tentu bukan kesungguhan yang biasa. Biar kita tidak hanya terkesima dengan ibaadah mereka, mari kita coba awali dengan melihat sebab-sebab yang menjadikan mereka bisa mewujudkan hal tersebut, diantaranya:


  1. Mereka senantiasa membangkitkan kerinduannya kepada Allah Subhanahuwata’ala.
    Hal ini sebagaimana doa Rasulullah dalam shalat-shalatnya. Kerinduan akan perjumpaan dengan Rabbnya senantiasa mereka panjatkan dalam do’a-do’a mereka.

    أَسْأَلُكَ الرِّضاَ باِلْقَضَاءِ وَبَرْدَ اْلعَيْشِ بَعْدَ اْلمَوْتِ وَلَذَةَ النَّظَرِ إِلىَ وَجْهِكَ وَالشَّوْقِ إِلىَ لِقاَئِكَ

    “Aku memohon kepadaMu ridha atas ketetapanMu, kehidupan yang damai setelah kematian, kelezatan memendang wajahMu dan rindu akan perjumpaan denganMu.” [ HR Nasai dishhihkan oleh al Bani dalam Shahih al Jami’ no: 1301]

    Untuk menumbuhkan kerinduan itu mereka mengawalinya dengan:


    • Menelaah lagi Asma wa sifat Allah.
    • Memperhatikan kenikmatan yang telah Allah anugerahkan.
    • Merasa rugi atas waktu-waktu yang telah berlalu karena malalaikan ibadah tidak seperti dibulan ramadhan.
    • Melihat kepada orang-orang shalih yang telah jauh meninggalkan mereka dengan amal ibadahnya.

  2. Mereka sangat memahami keutamaan bulan ramadhan sebagai nikmat Allah kepada mereka.
    Ibnu Mas’ud pernah mendengar Rasulullah bersabda:

    لَوْ يَعْلَمُ اْلعِباَدُ ماَ فِيْ رَمَضاَنَ ، لَتَمَنَتْ أُمَّتِيْ أَنْ تَكُوْنَ السَّنَةَ كُلُّهاَ

    "Seandainya hamba-hamba (Allah) mengetahui apa yang ada pada bulan ramadhan, sungguh umatku menginginkan agar satu tahun dijadikan ramadhan semuanya." [ ‘Umdatul Qari’ Syarah shahih Al Bukhari].
  3. Melatih diri dengan persiapan, tekad yang kuat dan obsesi yang tinggi.

    وَلَوْ أَرَادُواْ الْخُرُوجَ لأَعَدُّواْ لَهُ عُدَّةً

    "Dan jika mereka mau berangkat, tentulah mereka menyiapkan persiapan untuk keberangkatan itu" (QS. At Taubah [9]: 46)

    قاَلَ وَهِيْب بْنُ اْلوَرَدِ: إِنْ اسْتَطَعْتَ أَلاَ يَسْبِقَكَ إِلىَ اللهِ أَحَدٌ فاَفْعَلْ.

    Wahib bin Al Ward berkata: “ Jika anda mampu agar tidak seorangpun mendahuluimu kepada Allah (dalam beribadah) maka lakukanlah.

    قاَلَ الشَّيْخُ شَمْسُ الدِّيْنِ مُحَمَدٌ التُّرْكِسْتاَنِيْ: ماَ بَلَغَنِيْ عَنْ أَحَدٍ مِنَ النَّاسِ أَنَّهُ تَعْبُدُ عِباَدَةً إِلاَّ تَعَبَدتُ نَظِيْرَهاَ وَزِدتُ عَلَيْهِ.

    Syaikh Syamsuddin bin Muhammad At Turkistani berkata:” Tidaklah apa yang sampai kepadaku kabar tentang seseorang yang beribadah suatu ibadah kecuali saya melakukan ibadah itu yang sama dan menambahnya."

    قاَلَ اْلجُنَيْدُ: سِيْروُا مَعَ اْلهِمَمِ اْلعاَلِيَّةِ.

    Al Junaid berkata: “Berjalanlah engkau bersama orang-orang yang berhimmah ‘aliyah."

  4. Menjauhkan kemalasan dan bergaul dengan orang-orang yang rajin beramal shalih.
    قاَلَ شُعْبَةَ بْنُ اْلحِجاَجِ اْلبَصَرِيْ: لاَ تَقْعُدُوا فُراغًا فَإِنَّ اْلمَوْتَ يَطْلُبُكُمْ.

    Syu’bah bin Al Hijaaj Al Bishri berkata: “ Janganlah kalian duduk untuk bersantai-santai karena kematian sedang mencarimu.

    قِيْلَ لِلإمَام أَحْمَدَ: مَتىَ يَجِدُ اْلعَبْدُ طَعْمَ الرَّاحَةِ ؟ فَقَالَ: عِنْدَ أّوَّلِ قَدَمٍ يَضَعُهاَ فِيْ اْلجَنَّةِ.

    Dikatakan kepada Imam Ahmad: “ Kapan seseorang itu beristirahat ? Maka dijawab: Ketika pertama kali telapak kakinya diletakan disurga.”

  5. Senantiasa muhasabah atas segala kekurangan dalam beribadah.
    Ibnu Mas’ud mengatakan bahwasanya Rasulullah bersabda:
    إِنَّ الْمُؤْمِنَ يَرَى ذُنُوبَهُ كَأَنَّهُ قَاعِدٌ تَحْتَ جَبَلٍ يَخَافُ أَنْ يَقَعَ عَلَيْهِ وَإِنَّ الْفَاجِرَ يَرَى ذُنُوبَهُ كَذُبَابٍ مَرَّ عَلَى أَنْفِهِ فَقَالَ : بِهِ

    "Sesungguhnya seorang mukmin melihat dosa-dosanya bagaikan dia duduk dikaki gunung ketakutan jika gunung itu meruntuhinya, adapun orang fajir melihat dosa-dosanya bagaikan dia melihat lalat yang melintas didepan hidungnya sambil berkata: Hi !!." [ HR. Muslim no 2744]

  6. Membekali dengan ilmu seputar hukum-hukum ibadah ramadahan.
    Pengetahuan yang benar tentang hukum-hukum seputar ramadhan merupakan modal utama didalam menjalankan ibadah ramadhan, sehingga pelaksanaan itu akan dijalani dengan kemantapan dan keyakinan serta mendapatkan pahala yang benar-benar memberikan manfaat diakhirat, tidak seperti orang-orang yang hanya bermodal semangat tanpa ilmu sehingga amalnya itu bak debu yang tidak berguna.

    وقَدِمْنَا إِلَى مَا عَمِلُوا مِنْ عَمَلٍ فَجَعَلْنَاهُ هَبَاءً مَنْثُورًا

    "Dan kami hadapkan segala amal yang mereka kerjakan lalu kami jadikan amal itu (bagaikan) debu yang berterbangan."(QS. Al Furqan [25]: (53)

  7. Mempersiapkan diri dengan kesabaran agar bisa menikmati ibadah pada bulan ramadhan.
    Dibulan yang penuh barakah inilah seorang muslim diuji kesabarannya dalam berbagai hal, sebagaimana Allah berfirman dalam hadist Qudsi:

    يَذَرُ شَهَوَتِهِ وَطَعَامَهُ وَشَرَابَهُ لأَجْلِي فَالصَّوْمُ لِي وَأَنَا أَجْزِي بِهِ

    “Mereka meninggalkan syahwatnya dan makannya serta minumnya hanya untukKu, maka puasa itu untukKu dan Akulah yang akan membalasnya.” [HR. Muslim no 1151]

    وَمَا يُلَقَّاهَا إِلَّا الَّذِينَ صَبَرُوا وَمَا يُلَقَّاهَا إِلَّا ذُو حَظٍّ عَظِيمٍ

    "Sifat-sifat yang baik itu tidak dianugerahkan melainkan kepada orang-orang yang sabar dan tidak dianugerahkan melainkan kepada orang-orang yang mempunyai keuntungan yang besar" (QS. Fushilat [41]:35).
  8. Menghidupkan segala ibadah-ibadah yang ada dan mampu dikerjakan tanpa meremehkan ibadah yang terlihat kecil.
    Abu Dzar berkata bahwasanya Rasulullah bersabda:

    قاَلَ رَسُوْلُ اللّه: "لاَ تـَحْقِرَنَّ مِنَ الْمَعْرُوْفِ شَيْئاً

    "Janganlah kamu memandang rendah sedikitpun suatu kebajikan" [ HR. Muslim no 2626].

    Ibnu ‘Abbas berkata:

    كاَنَ النَّبِيُّ صَلَى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَمَ أَجْوَدَ النَّاسِ وَكاَنَ أَجْوَدُ ماَ يَكُوْنُ فِيْ رَمَضاَنَ حِيْنَ يَلْقَاهُ جِبْرِيْلُ فَيُدَارِسُهُ القُرآنَ.

    "Adalah Rasulullah orang yang paling dermawan terlebih lagi pada bulan ramadhan ketika Jibril mendatanginya untuk mengajarkan Al Qur’an." [ HR. Al Bukhari no 1902]

    قاَلَ الشَّافِعِيُ رَحِمَهُ اللهُ: أُحَبُّ لِلرَّجُلِ الزِّياَدَةَ بِالْجُوْدِ فِيْ شَهْرِ رَمَضَانَ اِقْتَداءً بِرَسُوْلِ الله وَلْحاَجَةَ النَّاسِ فِيْهِ إِلىَ مَصاَلِحِهِمْ وَتَشاَغِلُ كَثِيْرٌ مِنْهُمْ بِالصَّوْمِ وَالصَّلاَةِ عَنْ مَكاَسِبِهِمْ.

    Imam Syafi’i berkata: “Yang terbaik bagi seseorang pada bulan ramadhan adalah semakin dermawan sebagai bentuk meneladani Rasulullah dan karena pada bulan ramadhan manusia lebih membutuhkan untuk kemaslahatan mereka serta kesibukan mereka pada puasa dan shalat daripada bekerja. Memperbanyak dzikir kepada Allah. Imam Ahmad berkata:

    خَيْرُ العَمَلِ أنْ تُفاَرِقَ الدُّنْياَ وَلِساَنُكَ رَطْبٌ مِنْ ذِكْرِ اللهِ

    "Sebaik-baik amal adalah engkau berpisah dari dunia dan lisanmu basah dari dzikir kepada Allah Subhanahuwata’ala." [ HR Ahmad dihasankan oleh Al Bani dishahih Al Jami’ no 165]

  9. Memahami hal-hal yang bisa melemahkan ibadah, sehingga tidak larut dalam futur.
    قَالَ عُمَرُ بْنُ اْلخَطَابِ: إِنَّ لِهَذِهِ اْلقُلُوْبِ إِقْباَلاً وَإِدْباَرًا فَإِذاَ أَقْبََلَتْ فَخُذُوْهاَ بِالنَّواَفِلِ وَإِنْ أَدْبَرَتْ فَأَلِزمُوْهاَ اْلفَرَائِضَ.

    Umar bin Al Khathab berkata: "Sesungguhnya hati maju mundur (dalam beribadah) maka jika hati sedang semangat maka ambilah sekalian ibadah-ibadah nafilah, jika hati sedang mundur (dalam beribadah) maka wajibkanlah ibadah-ibadah yang wajib."[Syarh as Sunnah karya al Baidhawi].
    Selain hati yang menjadikan ibadah pada bulan ramadhan menjadi tidak optimal walaupun syaithan sudah dibelenggu, yaitu nafsu, Allah berfirman:

    إِنَّ النَّفْسَ لَأَمَّارَةٌ بِالسُّوءِ إِلاَّ مَا رَحِمَ رَبِّي إِنَّ رَبِّي غَفُورٌ رَحِيمٌ

    "Sesungguhnya nafsu itu selalu menyuruh kepada kejahatan, kecuali nafsu yang diberi rahmat oleh Tuhanku. Sesungguhnya Tuhanku Maha Pengampun lagi Maha penyanyang." (QS. Yusuf [12]:53). Imam Dalam syair-syair dikatakan:

    النَّفْسُ كاَلطِّفْلِ إِنْ تَهَمَلَهُ شَبَّ عَلَى حُبِّ الرَّضاَعَ وَإِنْ تَفْطَمَهُ يَنْفَطَمَ

    “Nafsu itu seperti bayi, jika dibiarkan menyusu maka akan selalu menyusu tapi jika disapih maka jadi tersapih. Biasanya bayi akan senantiasa menangis pada saat awal disapih akan tetapi jika sudah beberapa hari maka akan terbiasa, itulah jiwa manusia."

LinkWithin

Related Posts with Thumbnails